Membuktikan The Secret

Sudah menonton The Secret, film fenomenal yang menjadi pembicaraan banyak orang di seluruh penjuru dunia dan diulas khusus dalam acara Oprah Winfrey Show dan Larry King Show?

Barangkali sudah basi.

Ini film lama. Setidaknya sudah sepuluh tahun lebih beredar. Film ini dirilis pertama kali tahun 2006.

Tapi tiba-tiba saya ingin menulis tentang The Secret di blog ini. Bukan apa-apa. Saya cuma ingin membagikan sedikit pengalaman saya membuktikan sendiri prinsip “the law of attraction” (melalui visualization, visual board, dan incantantation yang dijelaskan dalam film “The Secret”) dalam kehidupan saya.

Pengalaman pertama membuktikan “hukum penarikan’ adalah ketika saya kuliah di UGM, tahun 1994. Saat itu kebetulan seorang teman meminjamkan sebuah buku kecil foto kopian, seukuran buku saku, berjudul “Psikosibernetik Untuk Sukses.” Buku ini menjelaskan prinsip-prinsip dasar “the law of attraction.”

Awalnya saya tidak tahu bahwa apa yang saya lakukan adalah penerapan “hukum penarikan.” Saat itu yang ada di kepala saya cuma keinginan untuk mencoba apa yang tertulis di buku foto kopian tersebut.

Cuma itu.

Saat itu saya praktekkan semua yang tertulis di buku kecil itu. Saya cari gambar-gambar impian yang saya inginkan. Saya beli majalah-majalah bekas. Saya potong gambar-gambar impian saya dari majalah-majalah bekas tersebut dan saya tempel di white board yang saya pasang tepat di depan tempat tidur saya. Saya juga menuliskan tahun target kapan saya akan mencapai impian saya.

Selesai.

Saya biarkan vision board itu tertempel di tembok kamar kost selama saya kuliah di Yogya selama 4 tahun. Saya hampir tidak pernah mengutak-utik lagi.

Salah satu gambar yang saya tempel di white board saya saat itu adalah foto seorang mahasiswa yang sedang diwisuda, lengkap dengan baju toganya. Dibawah foto itu saya tuliskan nama saya dan target IPK 3,5. Saya sekedar menulis angka IPK 3,5 itu tanpa tahu kekuatan “hukum penarikan.”

Dan apa yang terjadi ketika tahun 1998 saya lulus? Saya lulus cum laude dengan IPK 3,75!

Jujur saja, saya sendiri kaget ketika menemukan tulisan IPK 3,5 yang saya tulis 4 tahun sebelumnya di vision board ternyata benar-benar menjadi kenyataan. Bahkan lebih tinggi dari target yang saya tuliskan saat itu.

Pengalaman kedua membuktikan “hukum penarikan” adalah ketika saya mendapatkan beasiswa exchange student di Nagoya University Jepang pada tahun 1999.

Selain menempel gambar, saat itu saya juga melakukan incantation yaitu dengan menuliskan sebaris kalimat afirmasi di secarik kertas. Bunyinya: “Aku berangkat ke Nagoya University Maret 1999.” Hampir setiap hari saya menuliskan kalimat pendek itu di atas secarik kertas dan mengantonginya kemanapun saya pergi.

Ada kejadian luar biasa yang masih saya ingat sampai saat ini berkaitan dengan pengalaman kedua membuktikan “hukum penarikan” ini.

Suatu hari, kertas incantation saya terjatuh dan ditemukan seorang teman sekampus. Ketika tanpa sengaja bertemu di kantin asrama, ia tiba-tiba menyalami saya dan mengucapkan selamat karena saya “telah diterima” di Nagoya University untuk mengikuti program exchange student.

Saya kaget.

Lho, darimana dia tahu jika saya diterima? Saya sendiri belum mendapat kabar apa-apa dari kampus. Setelah ia menceritakan soal kertas incantation yang ia temukan, saya baru sadar bahwa ia mengira saya “telah diterima” di Nagoya University.

Dua bulan kemudian saya baru mendapat kabar bahwa saya “benar-benar” diterima di Nagoya University untuk mengikuti program exchange student selama setahun!

Sebuah kebetulan?

Sama sekali bukan. Saya sudah merencanakan dan “menarik” kenyataan itu untuk terjadi.

Pengalaman ketiga membuktikan “hukum penarikan” adalah ketika saya mendapatkan beasiswa studi ke Kyoto University of Education dari Monbukagakusho tahun 2006.

Seperti dua pengalaman sebelumnya, saya merencanakan dan membuat “impian” untuk mendapatkan beasiswa tersebut dengan gambar dan tulisan. Salah satu incantation yang saya tulis di PDA saya saat itu berbunyi: “Jam 8 pagi saya mendapatkan telepon dari Ibu Lies, staf Kedubes Jepang, yang mengabarkan bahwa saya mendapatkan beasiswa ke Jepang dari Monbukagakusho.”

Hampir setiap hari sebelum tidur saya selalu membaca kalimat incantation ini dan membayangkan saya benar-benar mendapatkan telepon dari Ibu Lies.

Suatu pagi, jam 9, bulan Agustus 2006, ketika sedang membeli sarapan bubur ayam, saya benar-benar mendapatkan telepon dari Ibu Lies, staf Kedubes Jepang yang mengabarkan bahwa saya mendapatkan beasiswa ke Jepang dan berangkat bulan Oktober 2006!

Sebuah kebetulan yang lain?

Saya kira tidak.

Pengalaman keempat membuktikan “hukum penarikan” terjadi ketika saya mendapatkan beasiswa studi S-3 ke Amerika Serikat dari Fulbright tahun 2012.

Seperti halnya pengalaman-pengalaman sebelumnya, saya melanjutkan kebiasaan membuat vision board di kamar dan menulis incantantation, namun kini di piranti tablet yang saya miliki. Selain ke Amerika Serikat, saat itu saya juga sedang mendaftar beasiswa studi S-3 ke Inggris dari DIKTI.

Hari berganti. Waktu berlalu. Pertengahan tahun 2012, saya menerima kabar gembira. Alhamdulillah, saya dinyatakan lolos menerima beasiswa studi S-3 dari dua lembaga yang berbeda (Fulbright dan DIKTI) ke dua negara yang berbeda. Bulan Juli 2012, saya berangkat ke Amerika Serikat untuk belajar di University of Missouri.

Belakangan, saya menemukan catatan impian yang saya buat tahun 1996, dan disitu tertulis jelas: S-3 Amerika: 30 Tahun. Impian ini akhirnya terwujud tahun 2012, setelah melalui enam belas tahun penantian.

Sebuah kebetulan yang lain lagi?

Sama sekali bukan.

Saya percaya “hukum penarikan” seperti dijelaskan dalam film “The Secret” benar-benar ada dan bekerja. Dan saya sudah membuktikannya.

Jika belum menonton film ini, silahkan menonton. Tidak ada salahnya juga untuk mempraktekkannya.

Coba saja.

Nothing to lose.

Biarkan “the law of attraction” memberikan pembuktian kebenarannya bagi kehidupan kita.

Photo credit: TheSecret.tv

← Previous post

Next post →

15 Comments

  1. Saya sudah membaca buku dan menonton “The Secret” dan mencoba memahaminya tapi belum melakukan hal seperti punya mas di atas. Ide membawa secarik kertas itu saya pikir sangat brilian dan gampang untuk dilakukan. Terima kasih mas udah share pengalamannya ! Sukses selalu.

    • mm

      Medhy Aginta Hidayat

      Sama-sama, Mas Sergius. Selamat mencoba tips “secarik kertas.” 🙂

      • Wowwww,,, Sy berharap menemukan orang yang bisa membuktikan the secret dan hari ini sy menemukan orang itu…

        Terimakasih Pak

        Sy merasa saaaaaangat bahagia membaca tulisan pak… Apa yg sy carj, sy temukan.

  2. Filem TOP ini bro :v

  3. saya sudah nonton dan baca bukunya, sedang mencoba mempraktekkannya.

    terima kasih sharingnya

  4. cerita anda begitu mengangumkan, adakah buku yang anda jadikan pedoman dalam memparktikan Law of Attraction ini?

  5. memang cara kerjanya susah dijelaskan seperti hukum gravitasi, tapi saya sendiri percaya dengan hukum ini

  6. Terimakasih share dan pencerahannya mas. Tanpa batas usia jg..? Mksdny tidak hanya usia produktif sj? Wassalam

  7. Dulu saat masih kuliah saya pernah punya keinginan jika selesai kuliah saya ingin jalan jalan ke tanah jawa, dan papua,,yah walaupun saat itu saya sadar saya hanya mahasiswi yang berasal dari keluarga tak mampu yang di mana untuk biaya keluar kota pasti butuh budget lebih. …. tapi saya gak mikir ke ranah itu, di dari mana akan saya mendapatkan budget untuk bepergian. yang terlintas di pikiranku saat itu hanyalah saya harus jalan’/berlibur di tanah jawa dan papua karena saya sendiri tinggal di kota Ambon provinsi maluku ( terdengar kolot bukan,, hehe tapi sesederhana itu keinginanku), dan setelah lulus kuliah secara tidak sengaja saya ada urusan yang mengharuskan saya ke jawa, dan sepulang dari jawa enam bulan kemudian saya ke papua lagi hingga sekarang masih di papua..hehehe ..dan setelah saya membaca teori LOA di artikel saya teringat kembali dengan keinginanku saat kuliah dulu sudah tercapai dan itu adalah bagian dari LOA.

Leave a Reply

Read more:
Jean Baudrillard
Jean Baudrillard, Simulasi dan Hiperrealitas

“All that is real becomes simulation” (Jean...

Close