Wawancara: Pengalaman Belajar di Luar Negeri

Saya beruntung pernah dan sedang belajar di Amerika Serikat. Ada banyak hal yang bisa saya pelajari dari pengalaman ini. Berikut adalah kutipan hasil wawancara singkat saya mengenai pengalaman belajar dan hidup di luar negeri. Wawancara ini dimuat di buletin kampus “Kabar UTM” Universitas Trunojoyo Madura tempat saya mengajar.

Selamat membaca. Semoga bermanfaat.

1. Bagaimana pengalaman belajar di Amerika Serikat?
Belajar di Amerika Serikat tentu menjadi pengalaman berkesan dan berharga bagi saya. Ada beberapa hal yang bisa saya catat. Pertama, harus diakui bahwa sistem pembelajaran dan fasilitas belajar di Amerika Serikat relatif lebih baik ketimbang di Indonesia. Tentu kondisi ini sangat mendukung pengembangan ilmu yang saya pelajari. Kedua, belajar di Amerika Serikat menjadi kesempatan untuk membangun jembatan pemahaman antar bangsa dan budaya. Saya bisa lebih memahami budaya Amerika, dan sebaliknya teman-teman saya disini bisa lebih mengenal dan belajar tentang budaya Indonesia. Ketiga, dalam kaitannya dengan beasiswa Fulbright, sembari belajar, kita juga sekaligus menjadi duta bangsa Indonesia dalam jaringan para penerima beasiswa Fulbright yang tersebar di seluruh dunia. Networking ini sangat berguna sebagai modal membangun kerjasama antar bangsa dan antar universitas, misalnya dalam hal penelitian bersama.

2. Bagaimana sistem pembelajaran di Amerika Serikat?
Sistem pembelajaran di Amerika Serikat, setidaknya seperti yang saya alami, sangat menekankan kemandirian dan inisiatif mahasiswa. Mahasiswa tidak bisa hanya menunggu “instruksi” dosen. Sistem pembelajaran disini juga menuntut mahasiswa untuk “gila” membaca. Membaca menjadi kebutuhan setiap mahasiswa. Untuk bidang-bidang ilmu sosial, seperti bidang sosiologi yang saya ambil, membaca bahkan menjadi menu wajib, karena hampir 80% porsi studi kita adalah membaca. Dalam seminggu kita kadang harus menyelesaikan 3-5 buku. Cukup berat. Hal lain yang menonjol dalam sistem pembelajaran di Amerika Serikat adalah proses belajar yang benar-benar terfokus pada mahasiswa. Dosen benar-benar hanya fasilitator. Metode belajar dengan diskusi, seminar, membuat proyek mandiri (baik individu maupun kelompok) menjadi titik tekan. Di Indonesia, setidaknya secara teoritis, sistem pembelajaran kita sebenarnya sudah mengarah pada pola belajar student-centered learning seperti ini. Cuma dalam prakteknya memang masih belum maksimal. Satu hal yang saya kira sangat kurang dalam sistem pembelajaran kita di Indonesia adalah kecakapan membaca. Kita sangat tidak terbiasa membaca buku. Begitu harus membaca banyak buku, keteteran. Kurikulum pendidikan kita, sejak tingkat dasar, saya kira sangat kurang menekankan pentingnya membaca. Yang lebih ditekankan adalah menghafal. Berbeda dengan di Amerika Serikat. Disini sejak SD anak dipupuk untuk gemar membaca, tidak peduli buku yang dibaca adalah komik. Setiap hari di sekolah dasar ada sesi membaca dan mendongeng. Yang penting anak-anak suka membaca dulu. Ini yang berbeda dengan di Indonesia.

3. Apa pengalaman paling berharga di negeri Paman Sam?
Belajar di suatu negara dengan budaya masyarakat dan budaya belajar yang berbeda, seperti di Amerika Serikat, saya kira sudah merupakan sebuah pengalaman yang berharga. Sama seperti ketika saya mendapat kesempatan belajar di Jepang. Bagi saya belajar budaya lain selalu menarik. Ini bukan soal lebih baik atau lebih buruk. Dalam beberapa hal, setiap negara, setiap budaya, memiliki kekurangan dan kelebihan. Menurut saya yang terpenting adalah bagaimana kita menyikapi setiap pengalaman tersebut dengan kesadaran positif, mengambil yang terbaik, membuang yang buruk, dan mengembalikan apa yang sudah saya pelajari kepada masyarakat di Indonesia sesuai peran dan tugas saya sebagai dosen. Tanpa bermaksud mengagung-agungkan Amerika, selama belajar disini saya banyak belajar tentang nilai-nilai positif budaya Amerika seperti kedisiplinan, kemandirian, demokrasi, inisiatif, keterbukaan, kesetaraan, toleransi, dan determinasi. Hal lain yang saya kira juga sangat berharga adalah mengalami sendiri bagaimana proses belajar mengajar di kampus di Amerika Serikat. Melihat dan mengalami sendiri bagaimana atmosfer dunia kampus di Amerika, melihat bagaimana aktivitas keseharian para mahasiswa di luar maupun di dalam kelas, etos belajar mahasiswa yang tinggi, fasilitas belajar yang sangat mendukung iklim belajar yang baik dan nyaman: semua itu menjadi inspirasi positif bagi saya.

4. Apa motivasi Bapak belajar ke negeri Paman Sam?
Belajar ke luar negeri adalah impian saya sejak kecil. Ketika itu motivasi terbesar adalah sekedar ingin melihat budaya bangsa lain. Dan karena kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan untuk belajar ke luar negeri dengan biaya sendiri, mencari beasiswa menjadi pilihan saya. Maka sejak lulus SMA saya mulai merencanakan untuk bisa kuliah ke luar negeri dengan mencari beasiswa. Belajar ke Amerika Serikat dengan beasiswa Fulbright sendiri bagi saya adalah dream comes true, mimpi yang menjadi nyata. Kenapa? Pertama, untuk bidang sosiologi, harus diakui bahwa kampus-kampus di Amerika Serikat saat ini adalah yang terbaik. Teori-teori sosiologi kontemporer banyak dilahirkan para sosiolog Amerika. Belajar ke Amerika Serikat, tentu menjadi kesempatan buat saya untuk belajar dari yang terbaik. Kedua, beasiswa Fulbright sendiri adalah salah satu skema beasiswa terbaik di dunia. Fulbright juga telah melahirkan banyak alumni di seluruh dunia, termasuk sejumlah penerima penghargaan Nobel. Mendapatkan beasiswa Fulbright bagi saya kemudian adalah sebuah pintu awal untuk masuk ke dalam jaringan ilmuwan internasional.

5. Bagaimana tips agar bisa lolos dalam seleksi beasiswa Fulbright?
Hemat saya, meraih beasiswa apapun sebenarnya bukanlah hal yang sulit jika kita telah menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan sedini mungkin. Kesalahan terbesar teman-teman mahasiswa ketika ingin melanjutkan studi S-2 dengan beasiswa biasanya adalah baru memutuskan, atau malah baru tertarik, untuk mencari beasiswa ketika menjelang lulus kuliah S-1. Ini sudah terlambat. Hemat saya, jika memang kita benar-benar ingin melanjutkan studi dengan beasiswa, rencana untuk mendapatkan beasiswa harus disiapkan bahkan semenjak kita baru masuk kuliah S-1. Sejak awal sebaiknya kita mulai mencari tahu dan menyiapkan persyaratan yang diminta oleh pihak pemberi beasiswa. Misalnya, nilai TOEFL minimal. Jika kita sejak dini telah membuat study plan, sejak awal kuliah kita bisa mulai sedikit demi sedikit belajar untuk mendapatkan nilai TOEFL yang dipersyaratkan. Hal lain misalnya pengalaman berorganisasi, yang biasanya menjadi poin cukup besar untuk bisa lolos mendapatkan beasiswa. Jika kita sudah memiliki rencana sejak dini, maka selama kuliah kita bisa mulai aktif dalam kegiatan organisasi kampus. Dan ini tidak bisa kita lakukan ketika misalnya kita sudah hampir lulus kuliah S-1. Hal-hal lain yang lebih bersifat teknis, misalnya cara membuat proposal penelitian atau personal statement, menurut saya bisa dipelajari dengan membaca buku-buku tentang beasiswa. Sekarang ada banyak buku di pasaran yang membahas soal-soal teknis seperti ini. Namun yang jauh lebih penting, menurut saya, adalah niat, kesiapan dan ketetapan hati kita untuk sedini mungkin merencanakan apa yang harus kita lakukan untuk mendapatkan beasiswa studi lanjut.

6. Motivasi apa yang ingin Bapak sampaikan kepada mahasiswa UTM?
Saya selalu mengatakan kepada mahasiswa-mahasiswa di kelas saya: “Do your best!” Lakukan yang terbaik. Lakukan yang terbaik sesuai kemampuan kita sendiri. Jadi tidak perlu menjadi yang terbaik. Tidak perlu juga berusaha mengalahkan orang lain. Namun berusahalah untuk selalu melakukan yang terbaik. Juga “Do your best in everything you do.” Lakukan yang terbaik dalam hal apapun dan dimanapun. Sebagai mahasiswa, lakukanlah peran sebagai mahasiswa dengan sebaik-baiknya. Belajar dengan sungguh-sungguh, bekali diri dengan kemampuan akademik maupun non-akademik. Terakhir, jangan pernah merasa rendah diri. Jangan merasa minder atau malu karena kondisi kita, karena kampus kita yang masih muda, karena berasal dari Madura, atau karena latar belakang keluarga kita yang kurang mampu. Ingat, yang terpenting bukan siapa diri kita sekarang, tetapi siapa dan kemana kita akan menuju. Jangan takut bermimpi besar. Fokus saja pada impian kita, jangan fokus pada kondisi kita sekarang. Itu yang selama ini saya lakukan.

Sumber: buletin kampus “Kabar UTM”, Universitas Trunojoyo Madura, Edisi Maret 2014.

Photo credit: Business.missouri.edu

← Previous post

Next post →

15 Comments

  1. Ika Musriana

    Super sekali, bapak Medhy. Sungguh menginspirasi kita semua, semoga saya dan keluarga mampu mengikuti jejak suskses bapak Medhy. #Do the best

    • mm

      Medhy Hidayat

      Aamiin. Sama-sama, Ika. Semoga sukses ya. Jangan takut bermimpi besar. Do your best! 🙂

  2. tolak adi

    alahamdulillah setelah membaca hasil wawancara bpk Medi saya teringan pesan yg beliu sampaikan di kelas ketika saya pertama masuk kuliah 🙂 “fokus pada tujuan”

  3. Setuju sekali Pak Medhy
    “Lakukan yang terbaik. Lakukan yang terbaik sesuai kemampuan kita sendiri. Jadi tidak perlu menjadi yang terbaik. Tidak perlu juga berusaha mengalahkan orang lain. Namun berusahalah untuk selalu melakukan yang terbaik”

    • mm

      Medhy Hidayat

      Hehehe. Soalnya kalau lihat orang lain malah capek sendiri, Mas Ruly. 🙂

  4. Misdar Mahfudz

    Pengalaman bapak menginspirasi sekali, semoga tulisan ini bisa menjadi mutivasi bagi mahasiswa/i UTM setidaknya bisa membangun kultur akademik, giat membaca, menulis, dan berdiskusi. Terima kasih bapak good luck. Barakallah wabaraka ‘alaina fi khairin. Amien

    • mm

      Medhy Hidayat

      Aamiin. Sama-sama, Mahfudz. Semoga bermanfaat ya. 🙂

  5. Sa'adah

    Terimakasih bapak atas tulisannya, dan mudah2an bs menjalankan nasehat dr bapak untuk melakukan yang terbaik serta tidak minder dengan kondisi apapun, senang mendapat artikel dari bapak 🙂

    • mm

      Medhy Hidayat

      Sama-sama. Do your best! Semoga bisa memberi manfaat ya. 🙂

  6. Zulaiha ir

    Tulisan Pak Medhy selalu menggugah diri untuk menjadi lebih baik dan berusaha lebih keras lagi. semoga “mimpi” mendapat Fulbright bisa jadi kenyataan 🙂

    • mm

      Medhy Hidayat

      Aamiin. Pasti bisa, Zulaiha. Jangan takut bermimpi besar. 🙂

  7. Alhamdulillah, trima kasih p. Meidy, jadi motivasi buat anak2 saya. Semoga sukses selalu!!!

    • mm

      Medhy Aginta Hidayat

      Aamiin. Sama-sama, Mbak Erviana. Semoga ada sedikit manfaatnya. 🙂

      • Pa, saya boleh mengajukan pertanyaan seputar study bapak? mini research

Leave a Reply to Medhy Hidayat Cancel reply

Read more:
Media Sosial dan Narasi Kebohongan

Tahun 2017, presiden Amerika Serikat Donald Trump...

Close